JAKARTA – Situasi ekonomi Indonesia dipamerkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dihadapan Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia (PTFI) Richard Adkerson.yang mengatakan bahwa memiliki keadaan jauh lebih baik disbanding Amerika Serikat.
Baca Juga : YHK Bantu Pengembangan Ekonomi Mandiri 5 Pesantren
Jokowi mengatakan bahwa dirinya akan mempertanyakan jumlah growth dan inflasi di Amerika.
“Nanti mau bisik-bisik ke Pak Richard, berapa ya growth dan inflasi di AS, saya yakin masih lebih baik kita,” ujar Jokowi dilansir dari CNNIndonesia.com.
Ia menjelaskan ekonomi Indonesia tumbuh 5,44 persen pada kuartal II 2022. Selain itu, inflasi tercatat 4,94 persen pada Juli 2022.
“Negara kita Indonesia pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 bisa tumbuh 5,44 persen dan inflasi bisa dikendalikan di 4,94 persen (per Juli 2022),” kata Jokowi.
Sementara, ekonomi AS resmi masuk ke jurang resesi pada kuartal II 2022. Hal ini karena ekonomi Negeri Paman Sam terkontraksi dalam dua kuartal berturut-turut.
Tercatat, ekonomi AS minus 1,4 persen pada kuartal I 2022. Lalu, negara adidaya itu kembali minus 0,9 persen pada kuartal II 2022.
Situasi ekonomi AS memburuk karena inflasi terus melonjak beberapa bulan terakhir. Tercatat, inflasi Negeri Paman Sam tembus 9,1 persen pada Juni 2022 dan berhasil melandai menjadi 8,5 persen pada Juli 2022.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan resesi ekonomi AS akan berdampak buruk bagi Indonesia.
Sri Mulyani menjelaskan AS merupakan salah satu negara tujuan ekspor RI. Jika ekonomi bergejolak, maka permintaan ekspor dari Negeri Paman Sam juga berpotensi berkurang.
Selain itu, ekonomi China juga melambat hampir nol persen pada kuartal II 2022. Negeri Tirai Bambu itu mencatatkan pertumbuhan ekonomi 0,4 persen selama April-Juni 2022.
Kemudian, ekonomi Eropa juga berpotensi melambat di tengah Perang Rusia-Ukraina. Sebab, perang itu membuat harga pangan dan energi melonjak.
Rusia juga sudah mengurangi pasokan energi ke Eropa. Alhasil, harga energi di Eropa akan semakin mahal.
Hal itu akan mempengaruhi inflasi negara-negara Eropa dan membuat ekonomi bergejolak.
“AS, China, dan Eropa adalah negara tujuan ekspor Indonesia. Jadi kalau mereka melemah, permintaan ekspor menurun, harga komoditas turun,” ucap Sri Mulyani.
Jika permintaan dari tiga negara itu berkurang, maka otomatis nilai ekspor RI turun. Dengan demikian, neraca perdagangan berpotensi defisit dalam waktu mendatang.