JAKARTA – Dalam situasi ketidakpastian ekonomi global serta perang antara Rusia dan Ukraina menjadi masalah pangan sehingga membuat Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengingatkan ancaman inflasi akibat meningkatnya harga pangan.

 

Ia mengatakan, yang menjadi perhatian adalah kenaikan harga pangan yang signifikan.

“Kenaikan harga pangan yang sangat signifikan ini menjadi perhatian kita,” ujarnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Menurutnya, Indonesia memiliki pasokan pangan yang relatif aman. Dalam tiga tahun terakhir produksi beras maupun produk-produk komoditas bisa terpenuhi dengan baik. Bahkan, Indonesia masih bisa melakukan impor.

Namun, sekali lagi ia mengimbau harus tetap berhati-hati karena isu pangan ini sensitif dan mengancam inflasi.

“Ini tidak berarti kita terlena. Tantangan dan tekanan inflasi dari pangan harus kita waspadai,” tegasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 4,35 persen pada Juni 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).

Kenaikan inflasi tahunan yang berada di atas angka 4 persen ini merupakan yang tertinggi sejak 2017 alias lima tahun terakhir. Artinya, inflasi ini juga merupakan tertinggi sejak masa pandemi covid-19 dua tahun belakangan.

Peningkatan terutama disebabkan oleh kenaikan harga pangan bergejolak (volatile food) yang signifikan mencapai 10,07 persen (yoy).

Komoditas pangan yang meningkat meliputi cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah akibat curah hujan tinggi di wilayah sentra sehingga menimbulkan gagal panen dan terganggunya distribusi.