JAKARTA – Pada Pertemuan Sustainable Finance Working Group ketiga (3rd SFWG) dibawah Kepresidenan G20 Indonesia yang diadakan di Bali pada 14 hingga 15 Juni 2022, Indonesia mendorong peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan instrumen keuangan berkelanjutan.

Baca Juga : Ngeri! Seorang WNI Ungkap Krisis Ekonomi di AS

Direktur Kerja Sama Internasional Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Anita Iskandar yang mewakili Presidensi G20 Indonesia mengatakan dorongan diberikan karena Indonesia memprioritaskan transisi energi  yang lebih bersih.

“Untuk mendorong dan mendukung mekanisme transisi hijau, Presidensi Indonesia telah memprioritaskan mekanisme transisi energi menuju energi yang lebih bersih dan terjangkau,” kata Anita seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Ia juga menilai bahwa prioritas tersebut termasuk dalam pembahasan kebijakan yang intensif untuk peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam penyusunan kebijakan Mekanisme Transisi Energi/Energy Transition Mechanism (ETM).

Dalam mendorong peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan instrumen keuangan berkelanjutan, Indonesia katanya, menyoroti pentingnya peningkatan penggunaan teknologi digital untuk mengurangi beban biaya operasional dalam praktik keuangan berkelanjutan.

Khususnya, bagi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). Ia mengatakan Indonesia mendorong anggota presidensi G20 untuk membantu perusahaan mengadaptasi Sustainable Supply Chain Finance (SSCF).

Ia menyatakan dorongan itu mendapatkan respons positif. Banyak anggota juga menyoroti pentingnya meningkatkan dukungan dan peran untuk UKM, serta mendorong peran Lembaga Keuangan Multilateral/Multilateral Development Banks (MDBs) dan Organisasi Internasional (OI) dalam memberikan dukungan pembiayaan dan asistensi bagi pengembangan kapasitas kelompok negara berkembang.

Baca Juga : DPR RI: Melalui Sektor Pertanian, Kementan Sukses Tingkatkan Ekonomi Nasional