JAKARTA – Harga keekonomian tarif listrik dilaporkan sudah semakin melonjak, jauh dari asumsi pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2022.

Misalnya tarif listrik untuk rumah tangga (RT) 900 VA yang saat ini Rp 1.352 per Kwh, harga keekonomiannya sudah mencapai Rp 1.533,1 per Kwh. Untuk golongan RT 1.300-6.600 VA tarifnya saat ini Rp 1.444 per Kwh, harga keekonomiannya sudah Rp 1.533 per Kwh.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dengan kondisi tersebut jika tidak ada tambahan subsidi dan kompensasi dari pemerintah kepada PLN, maka keuangan perusahaan akan defisit.

Baca Juga : Menkeu, Sri Mulyani Titipkan Harapan ke DK OJK Terpilih

“Pada Desember 2022 diproyeksikan arus kas operasional PLN akan defisit Rp 71,1 triliun,” kata Sri Mulyani dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (19/5).

Dengan adanya defisit operasional tersebut, Sri Mulyani mengatakan PLN harus menarik pinjaman. Hal tersebut tentu berdampak pada meningkatnya Cost of funds.

“Ini tentu tidak dalam kondisi preferable,” ujarnya.

Adapun dalam bahan paparannya, per 30 April 2022, PT PLN telah menarik pinjaman senilai Rp11,4 triliun dan akan melakukan penarikan pinjaman kembali di Mei dan Juni.

Sehingga total penarikan pinjaman hingga Juni menjadi Rp 21,7 triliun sampai dengan sd Rp24,7 triliun.

Dalam bahan paparan Sri Mulyani juga ditulis PT PLN perlu menjaga rasio kecukupan kas operasi untuk mampu membayar pokok dan bunga pinjaman (debt service coverage ratio/DSCR) kepada lenders setidaknya minimum 1.0x.

Dengan demikian, Sri Mulyani mengusulkan subsidi energi untuk listrik ditambah dari Rp 56,5 triliun menjadi Rp 59,6 triliun atau naik Rp 3,1 triliun. Sementara kompensasinya diberikan Rp 21,4 triliun.